Perpisahan

“Tante, Om, makasih banyak yaaa! Maaf nih Jiel jadi ngerepotin,” ucap Jiel seraya turun dari mobil milik papa Arjuna.

“Nggak pa-pa, Jiel, hati-hati yaaa. Titip Satria di sana!”

“Pamit, Om,” ujar Satria sambil menyalami tangan pamannya, disusul Yasmine yang juga mengucap terima kasih sekaligus berpamitan. Tak lupa gadis itu pun menyapa Arjuna yang tersisa di sana.

Ketiganya kini berjalan bersama memasuki gerbang sekolah yang terbuka lebar. Azriel mengambil langkah terdepan, memberi contoh pada dua orang yang lebih muda darinya untuk memberi sapaan pada satpam yang berjaga di sana pagi itu.

“Sat ngumpul di mana sih?”

“Depan ruang OSIS katanya, Bang,” jawab Satria.

“Ya udah gue duluan ya?” ucap Azriel. “Kok buru-buru banget, Mas? Nanti aja kali?” balas Yasmine tidak rela.

Azriel terkekeh, “Yah elaah, kalo kelamaan nanti makin nggak rela perginya.”

“Iya juga sih, ya udah terserah Mamas.”

“Jangan lesu gitu doong, nanti kan kita ketemu lagi,” balas Azriel seraya menatap Yasmine yang tak lagi miliki semangat yang sama ketika keduanya hadir di sekolah.

“Masih lama,” balas Yasmine.

“Enggak, nggak bakal berasa. Beneran deh!”

Pada akhirnya Yasmine pasrah. Mau ditahan selama apapun juga, kakaknya tetap harus pergi. Yasmine menghela napas panjang yang sembunyikan makna kecewa, setelahnya ia membalas ucapan kakaknya. “Iya deh.”

Azriel lagi-lagi terkekeh, “Lawak banget, dah! Sini, sini, peluk sekali lagi.”

Pemuda itu lalu menarik Yasmine ke dalam pelukan hangatnya yang singkat. Tak lupa mengacak-acak rambut Yasmine yang masih terurai pagi itu. “Mamas duluan ya?”

“Iya, daah, Mas!”

Setelahnya Azriel hanya membalasnya dengan lambaian tangan seraya kakinya melangkah menjauhi Yasmine dan Satria yang tersisa di sana. Kedua muda-mudi itu kini bertukar pandang, dengan Satria yang mengulas senyum tipis guna melepas canggung.

“Buat gue ada perpisahan juga nggak nih?” tanya Satria.

Yasmine tersenyum sambil menunduk sebelum akhirnya kembali menatap pemuda di hadapannya. “Hati-hati juga ya, Daf! Semoga betah dan bisa ngikutin rangkaian acaranya.”

Satria berdecak main-main, “Ah, kalo betah mah nggak bakal betah lah. Di sana mana enak, pasti nggak boleh main hp, nggak ada nasi uduk, nggak ada es teh manis, nggak ada—”

Satria menghentikan ucapannya. Membuat Yasmine menagih kelanjutannya dengan sebelah alis terangkat, “Apa?”

“Nggak ada elo, hehe.”

Jawaban terakhir dari Satria berhasil membuat Yasmine tersipu. Masih pagi, setidaknya ia kembali temukan semangat untuk menjalani hari yang masih panjang. Hatinya kembali pancarkan percikan kebahagiaan yang ia rasa, cukup untuk membuatnya tersenyum sepanjang hari. Setidaknya, hingga jam sekolah berakhir.

“Kan ada Mas Jiel,” balas Yasmine.

“Mas Jiel serem, lo kan enggak,” canda Satria.

“Ih, aku bilangin Mas Jiel kalo nanti dia pulang!” balas Yasmine, melontarkan ancaman pada Satria dengan telunjuk yang diarahkan pada pemuda itu. Sementara Satria hanya tertawa.

“Yas, jaga diri juga ya? Kalo lagi sedih malem-malem jangan suka nongkrong di taman sendirian. Apalagi bengong-bengong, bahaya. Tiga bulan ini gue nggak bisa nyamperin lo ke sana soalnya. Kalo lagi sedih, lo boleh jadiin room chat kita tempat curhat lo, kok. Jadi, nanti kalo gue udah boleh buka hp atau gue udah pulang, gue bisa baca. Eh, tapi kalo mau diapus lagi juga boleh. Biar lo lega aja, siapa tau ada yang nggak bisa lo ceritain ke orang lain dan cuma pengen lo keluarin aja,” ucap Satria panjang lebar.

Yasmine menatap Satria yang juga menatap lurus ke arahnya, keduanya saling pandang tanpa ada yang berniat memutus kontak mata. Satria masih menatap mata Yasmine yang berbinar, yang menurutnya, selalu indah. Kali ini, pria itu sengaja menatapnya cukup lama sebelum akhirnya ia akan menghadapi hari-hari di mana ia harus merindukan kedua mata indah itu, beserta pemiliknya.

Yasmine akhirnya memutus kontak mata lebih dulu, kemudian gadis itu mengangguk. “Iya, nanti aku cerita sama kamu. Makasih ya, Daf.”

Anytime,” balas Satria seraya tersenyum. Manis. Manis sekali. Senyum itu, yang selalu berhasil membuat Yasmine terpana sebab meskipun pemiliknya hanya menunjukkannya sedikit, tapi tetap membuat Yasmine tenang. His smile lights up her world once more.

So, see you, i guess?” ucap Satria. Yasmine tertegun sesaat, kemudian gadis itu mengangguk dengan senyuman tipis.

“Sampai ketemu lagi ya, Yasmine Arthawidya Cantika?”

Yasmine terkekeh mendengar Satria menyebutkan nama panjangnya. Kemudian ia membalas, “Sampai ketemu lagi, Satria Daffa Perwira!”