Perkara Telat

“GIAAAAA! KAMU KENAPA BARU DATENG?!” tanya Zahra heboh pada sebangkunya yang baru saja datang. “Aku udah panik, aku kira hari ini aku duduk sendirian lagi!”

“Om aku kesiangann, jadi telat aku berangkatnya. Mamaku semalem lembur jadi baru tidur pagi ini makanya nggak bisa nganter,” jelas Gia seraya melepaskan tasnya dan mengaitkan talinya ke kursi agar tidak jatuh.

Zahra melirik jam dinding di kelas, “Udah jam segini masih bisa masuk, Gi? Katanya tadi yang jaga gerbang Kak Haris?”

“Iya, Kak Haris. Bisa, ini aku masuk.”

Zahra menutup mulutnya tak percaya, “Serius lo, Gi?”

Gia hanya mengangguk kaku, “Emang kenapa?”

“Gilak! Sini sini duduk!” ucap Zahra. Gadis itu menarik teman sebangkunya paksa.

“Kak Haris tuh terkenal tegas banget. Dia juga nggak pedulian gitu orangnya. Kalo misalnya kaos kaki kependekan, sepatu salah warna, atribut nggak lengkap, pokoknya nggak ada toleransi. Apalagi kalo telat kayak kamu, Gi! Pasti udah dikunciin terus ditinggalin. Nggak ada yang bisa lolos deh pokoknya kalo Kak Haris yang piket,” cerita Zahra menggebu-gebu. “Makanya aku nanya, kamu gimana bisa masuk? Emang gerbangnya belom dikunci?”

“Tadi sih udah mau dikunci, cuma kata Kak Haris gerbangnya macet. Terus aku disuruh buru-buru masuk,” balas Gia santai.

Zahra memundurkan tubuhnya dari Gia, memilih bersandar pada kursinya sendiri dan memalingkan wajahnya sebelum kembali menatap Gia yang juga melihat ke arahnya dengan tatapan bingung.

“Wah.. ini sih.. kayaknya udah lain ceritanya..”

“Apa sih, Jar?”

“Enggak... aku nyimak aja deh..”