Nighty Nite

“Assalamu'alaikum!”

“Acamikumm,” Damar menyusul ucapan bapak.

“Salam yang bener, Mas!” sahut bapak. Damar cengegesan, “Assalamu'alaikum!”

“Wa'alaikumussalam,” jawab ibu disertai tawa pelan. Sudah hapal akan kebiasaan anaknya.

Damar dan Bapak baru pulang salat Isya berjamaah di masjid. Sementara ibu dengan pekerjaannya mengoreksi tugas murid-muridnya, yang Damar minta untuk dibawa pulang agar lelaki itu bisa membantu mengoreksinya.

“Sini, Bu, dibantuin!” ujar Damar. Masih dengan sarungnya, pria itu ikut lesehan di sebelah ibu. Kemudian mengambil alih dua tumpukan buku yang lain untuk dikoreksinya.

“Kunci jawabannya mana, Bu? Ibu udah salat? Salat aja gih,” ucap Damar.

“Itu kunci jawabannya Ibu tulis di kertas itu, Mas. Iya ibu salat dulu ya, sebentar.”

Damar hanya mengangguk menanggapi ibu. Lalu ia mulai mengoreksi tugas murid-murid ibunya.

“Ya Allahhh ini anak SMA tulisannya bahlul bener, kagak kebaca. Apaan sih nih?” Damar ngedumel sendiri.

“Ngapain, Mas?”

“Kalo kata anak SD, membantu Ibu di rumah, Pak,” jawab Damar.

Bapak tertawa, lalu duduk di sofa ruang tamu dengan secangkir kopi hitam hangat miliknya.

Tak lama Wulan ikut nimbrung, bergabung dengan ayah-anak yang tengah bercengkrama. “Eh, Lan. Udah maem?”

“Udah, Pak Le. Tadi Wulan makan sama Damar di stasiun,” jawab Wulan.

“Wooo semprul, Mbaknya baru dateng, kok, dipalak?!” seru bapak.

“Ongkos kirim, Pak! Damar laper pulang sekolah lho, disuruh jemput Mbak Wulan sore-sore. Ya minta makan,” balas Damar.

“Walaah, kamu tuh minta makannya yang mahal-mahal!”

“Boong, Pak. Orang tadi berdua cuma enam puluh ribu, kok!” Damar membalas tak terima.

“Buka kartuuu terus, buka kartuuuu!” balas Wulan.

“Lho ya, Mbak Wulan-nya sih begitu! Damar disalahin wuuu,” sahut Damar tidak mau kalah.

“Heeeh heh heh heh! Ini aapa toh ribut-ribut?” tanya ibu yang baru selesai salat.

“Biasa toh, Bu. Damar kalo ada Mbak-nya ni pasti rusuh. Pwoolahnya ada aja,” jawab bapak dengan tawa pelan.

“Emang, iseng aja kamu tuh, Mas, Mas.”

“Jarang ketemu kalo nggak diisengin buat apa, Bu— ADUH! SAAAKIT TOH MBAK! TUH BUUUU, MBAK WULAN PUKUL-PUKUL KEPALA, SARU!”

“LHO YA KAMUNYA!”

“Apa? Aku lagi membantu Ibu ini lho. Mbak Wulan nih, ganggu aja,” ujar Damar santai, namun tentu saja membuat Wulan semakin kesal.

“Ngomong sekali lagi tak lempar sennddddal kamu!” balas Wulan. Sementara Damar hanya tertawa-tawa sambil melanjutkan pekerjaannya mengoreksi tugas murid-murid ibu.