Hanum – Gia
Hanum dan Gia sudah selesai dengan kegiatan ekskul. Hanum menutup pertemuan hari itu dengan salam dan ucapan terima kasih pada seluruh anggotanya karena sudah hadir. Tak lupa ucapan terima kasih pada Gia yang sudah menyempatkan waktu untuk menengok anggota ekskul yang dulu ia pimpin itu.
Keduanya kini berjalan menuju gerbang seraya berbincang-bincang.
“Kamu dijemput, Num?” tanya Gia.
“Iyaa, Kak. Tadi aku udah telepon Mama sih, tapi kayaknya kakakku yang jemput soalnya Mama masih ada kerjaan,” balas Hanum.
“Ohhh, kakak kamu yang kamu bilang ganteng itu?” tanya Gia. Kedekatan dirinya dengan Hanum membuat Hanum sesekali menceritakan sedikit tentang keluarganya. Hanum pernah bilang bahwa dirinya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki dan sangat tampan, bertubuh tinggi, dan katanya, gengsian. Sementara adiknya perempuan dan tak kalah cantik dari Hanum.
Hanum hanya mengangguk menjawab pertanyaan Gia. “Ah, ganteng doang dipamerin enggak,” balas Gia.
“Yeuuu, ogah aku pamerin kakakku ke sini. Nanti banyak yang naksir, aku nggak merestui. Mereka pada jahat sama aku males,” sahut Hanum. Gia tak membalas, gadis itu hanya tertawa dan melipat tangannya di depan dada seraya melihat ke arah jalan.
“Eh, Kak Anggi gimana di SMA? Enak nggak?” kini Hanum balik bertanya.
“Enak enak ajaa. Nggak tau sih, mungkin karena baru masuk kali ya? Belom ketemu susahnya. Tapi temen sebangkuku baik, ketua kelasku juga ramah banget sama aku. Jadi, sejauh ini alhamdulilah baik-baik aja sih,” cerita Gia. Sementara Hanum hanya menyimak.
“Ada yang ganteng nggak, Kak?” tanya Hanum bersemangat.
Mendengar pertanyaan Hanum, Gia membelalakkan matanya. Dari dulu, Hanum memang selalu bisa menebak isi pikirannya dengan akurat. Sampai-sampai Gia curiga mereka sebenarnya adalah kakak-beradik kandung.
Melihat Gia yang terkejut, Hanum berubah sumringah. Gadis itu kemudian mengejek Gia tepat di depan wajahnya. “Hayoooooo! Kak Anggi lagi naksir orang yaaa?!”
Gia menggeleng kaku, “Enggak!”
“Bohooong! WAHAHAHAH MUKANYA MERAH IH CIEEE KAK ANGGIII!”
“Apa sih, Nuuuum? Engggaaaak!”
“Ya ampun Kak Anggiii! Baru masuk SMA berapa lama sih, Kak? Udah naksir orang aaaja,” ejek Hanum. “Ya, tapi nggak pa-pa, Kakk! Kakak kan dulu cerita katanya baru boleh pacaran kalo udah SMA. Ya mungkin sekarang saatnya, Kaaak wakakakak.”
“Ih, apa sih kamuuuuu? Ngaco ah!”
“Siapa sih, Kaak? Cerita doooong!” tanya Hanum penasaran. “Udah lama nih kita nggak cerita-cerita!”
“Apa sih, Nuuum? Enggaaak!”
“Enggak salah lagi?” tanya Hanum seraya menaik-naikan sebelah alisnya.
“Inisial dehhh inisial!!” tagih Hanum. Gadis itu masih menahan Gia yang berusaha pergi menghindarinya.
“Apa sih inisial inisial? Nooo!“
“Inisialnya A juga ya? Apa yang biasa bales tweet Kakak ya? Siapa namanya tuhhhh Kak Alwan?” tanya Hanum.
“Ih, tau-tauan Alwan lagi! Itu ketua kelas aku!” balas Gia.
“Tuhh, iya kannn Kak Alwan ya namanya ya?!”
“BUKAAAAAAAAN AKU SAMA ALWAN TEMEN DOANG!”
“TERUS SIAPA DONG KAKKK?!”
“ADA DEH AH UDAH AH MALU!” ucap Gia. “Aku mau beli es teh,” ucapnya lagi.
Setelahnya Hanum hanya tertawa kemudian berlari menyusul Gia, “IKUUUUT!”