Boys

Satria menyandarkan dirinya pada besi tronton yang hanya sampai pertengahan punggungnya itu. Berusaha memejamkan matanya seraya angin dari jendela seberang yang terbuka menyapu wajahnya. Saat ini kanan dan kirinya sibuk mengoceh, saling menukar gelak tawa mumpung masih ada kesempatan sebelum katanya, disiksa dikemudian hari.

Saat hampir terlelap, seseorang dari arah kanan menepuk pundaknya dengan tenaga cukup kuat. Membuat Satria seketika membuka matanya dan mengaduh kesakitan seraya mengelus-elus pundaknya yang keluarkan sensasi nyeri. “Jam segini tidur,” ejek Azriel. Satria kemudian dengan terpaksa membenarkan posisinya menjadi posisi duduk.

“Ngantuk, Bang. Semalem nggak bisa tidur,” balas Satria.

“Kenape lu? Galau?” tanya Azriel lagi. “Iya kali, kagak tau.”

“Yeu ileh anak muda banyak laga,” balas Azriel.

“Lama banget ya, Bang, tiga bulan? Copot udah tulang lu semua itu mah,” ucap Satria mengundang tawa Azriel. “Iya ya. Gue dulu LDKS sehari semalem aja balik-balik pegel banget kayaknya ini gimana tiga bulan ya?”

“Nah, itu dia maksud gue, Bang. Gokil yak!”

Azriel menghela napas panjang. Pasrah akan apa yang akan ia alami di camp nanti. Ide Satria ada benarnya, lebih baik ia tidur sekarang sebelum lelah nanti dan tak ada waktu istirahat yang cukup.

“Jalanin aja, dah. Namanya juga idup,” balas Azriel. “Udah tidur lagi lu, gue juga mau tidur,” ucapnya lagi.

Setelahnya Satria kembali menyandarkan dirinya. Di sebelahnya, Azriel pun melakukan hal yang sama. Keduanya kemudian memejamkan mata, berusaha tertidur sebisanya meskipun sekali-kali matanya harus terbuka kala tronton melintasi jalanan yang tak rata dan menyebabkan semua penumpang terloncat.

Selang beberapa lama, keduanya tertidur, dengan kepala Satria bersandar di pundak Azriel sementara kepala pemuda yang lebih tua bersandar di atas kepala Satria. Kalau Yasmine melihat ini, gadis itu pasti akan tersenyum hingga telinganya. Melihat kedua pemuda yang ia sayangi nampak seperti kakak beradik sungguhan.